Headlines News :
Home » » Ada Virus Di Susu Formula

Ada Virus Di Susu Formula

Written By Cakrawala Magazine on Monday, November 26, 2012 | 3:05 AM

Hasil riset yang dipublikasikan beberapa waktu lalu di situs resmi Institut Pertanian Bogor (IPB) www.ipb.ac.id menyebutkan bahwa tim peneliti mendapati 22,73 persen susu formula (dari 22 sampel) dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan antara April - Juni 2006 mengandung bakteri Enterobacter sakazakii. Bakteri jenis ini bisa amat berbahaya karena bisa menyebabkan radang selaput otak (meningitis).

Selain bakteri Sakazakii juga ditemukan bakteri E. colli, sikela dan salmonella. Bakteri E. colli adalah bakteri penyebab muntaber. Sedang dua nama terakhir merupakan penyebab diare dan tipes.

Pencemaran bakteri dalam susu sudah pernah merebak sebelumnya. Tahun 2003, menurut riset yang digagas Nestle, peneliti dari Wageningen University, Belanda menemukan bahwa delapan dari sembilan pabrik susunya tercemar oleh bakteri E. sakazakii. Mead Johnson salah satu perusahaan susu formula dunia (EnfaGrow, EnfaPro), Januari tahun lalu menarik produk mereka khususnya susu formula untuk bayi karena mengandung bakteri E. sakazakii yang mematikan.

Pada tahun 2006 pembahasan bakteri ini sempat muncul di tanah air. Majalah Trust pernah memuat E. sakzakii meski baru sebatas isu saja. Namun begitu, beberapa merk susu formula sempat tidak beredar beberapa bulan di Indonesia.

Bakteri ini dapat menyebabkan meningitis, infeksi pembuluh darah dan peradangan sistem pencerrnaan akut, baik bagi bayi maupun orang dewasa. Menurut penelitian, meningitis menyebabkan kematian pada 33%-80% kasus. Di samping itu, sangat cepat menginfeksi bayi yang baru lahir kurang dari 4 minggu, bayi prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) atau yang memiliki kekebalan tubuh lemah.

Umumnya bayi yang terinfeksi bakteri ini mengalami gejala-gejala diare akut, terdapat bintik merah pada kulit, suhu tubuh tinggi (demam), kadang disertai kejang-kejang.
E. sakazakii sebenarnya sudah ada dalam tubuh manusia terutama pada bagian usus halus, feces, urine. bakteri ini sebenarnya berguna untuk membusukan makanan. Selain didalam tubuh manusia bakteri ini berada dalam susu kiloan dan susu formula.

Susu yang disimpan dan cara penyajian yang tidak tepat dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri sakazakii bertambah pesat. Pemberian susu dengan menggunakan air yang bersuhu dibawah 70 derajat celcius juga dapat memicu perkembangan bakteri tersebut. Menurut United States Food and Drug Administration (US-FDA) penyajian susu dengan air bersuhu 30-40 derajat celcius membuat perkembangan bakteri ini bertambah pesat. Meski demikian, bakteri ini sudah mati dengan suhu diatas 70 derajat seperti proses pasteurisasi dalam industri makanan.

Harus diakui, ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap susu formula cukup tinggi. Sebagai panduan agar terhindar dari bakteri Sakazakii dalam susu formula adalah selalu menjaga kebersihan tangan, botol, dot dan perlengkapan bayi tetap steril. Bahkan jika perlu, botol, dot, disterilkan dengan cairan desinfektan.

Para orang tua diharapkan selalu memperhatikan petunjuk penyajian susu formula yang terdapat dalam kemasan. Gunakan air panas (lebih dari 70 derajat celcius). Namun harus diingat, penggunaan air yang mendidih juga tidak dianjurkan. Sebab dapat menyebabkan gizi dalam susu berkurang. Disamping itu susu yang sudah dibuat lebih dari dua jam harus dibuang dan jangan dikonsumsi bayi karena rawan perkembangbiakan bakteri.

Cara lain yang jauh lebih aman dan murah agar terhindar dari bakteri sakazakii adalah menggunakan Air Susu Ibu (ASI). ASI baik diberikan sampai bayi berumur 6 bulan bahkan sampai bayi berumur 2 tahun.

Zat-zat kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan perlindungan langsung melawan serangan penyakit. ASI juga membantu berkembangnya bakteri “menguntungkan” yang baik bagi tubuh. Keberadaan bakteri ini menghambat perkembangan bakteri, virus dan parasit berbahaya. Tambahan lagi, telah dibuktikan pula bahwa terdapat unsur-unsur di dalam ASI yang dapat membentuk sistem kekebalan melawan penyakit-penyakit menular serta memaksimalkan kinerjanya melindungi tubuh.

ASI pun mudah diolah oleh sistem pencernaan bayi yang masih rentan meskipun sangat kaya akan zat gizi. Karena itulah bayi mengeluarkan lebih sedikit energi dalam mencerna ASI, sehingga ia dapat menggunakan energi selebihnya untuk kegiatan tubuh lainnya, pertumbuhan dan perkembangan organ.
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2011. Cakrawala Magazine - All Rights Reserved