Liburan
pun menghampiri, walaupun jargon yang berkembang di Masisir ‘setiap hari adalah
liburan, kecuali pada saat-saat ujian.’ Namun hendaknya kita bisa membentengi
diri dan menilai mana yang baik dan mana yang tidak baik. Tentu sederet rencana
untuk mengisi liburan sudah terkumpul dalam benak kita masing-masing, namun
sudahkah kita bertanya pada diri kita sendiri, untuk apa liburan ? sekedar
bersenang-senang, istirahat, atau memang hanya mengisi waktu kosong. Kalau hanya
seperti itu maka nilainya hanya nol ! maka perlu reformasi paradigma yang
berkembang dengan memahami makna liburan yang sebenarnya, manfaatnya, dan apa
yang bisa diambil dari lingkungan kita. Oleh karena itu, hendaknya kita memahami
makna budaya dan kebudayaan sehingga kita bisa memanfaatkan liburan ini dengan
hal-hal yang positif.
Dalam hal ini penulis tidak menerangkan tentang
kebudayaan negara ini secara rinci, tapi hanya mengarahkan kepada pemahaman
tentang kebudayaan dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Memanfaatkan liburan dengan berbudaya
Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasikan
lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya.
Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan,
petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas
serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya
secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam
tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.
Dari
definisi diatas menggambarkan kepada kita bahwa bahwa budaya yang baik akan
mengarah kepada tingkah laku yang baik juga, oleh sebab itu pengetahuan kita
yang baik terhadap unsur-unsur budaya yang baik dan berkembang di lingkungan
sekitar menjadi landasan tingkah laku kita. kadangkala kita sering mengeluh dengan
keadaan yang ada disekeliling kita, oleh sebab itu hendaknya kita mengetahui
unsur-unsur budaya yang baik dengan begitu kita bisa mengambil sisi yang baik
dan meninggalkan sisi yang buruk.
Sebuah
kesyukuran yang luar biasa bisa merasakan nikmatnya menuntut ilmu di Negara
Mesir ini, negeri yang penuh dengan
peradaban dan kebudayaan, hingga tak salah jika banyak julukan mengiringinya
diantaranya Ardhul Anbiya’ atau negeri para nabi. Mesir mendapat julukan
ini, karena banyaknya Nabi yang pernah menetap, singgah, atau melewati negeri
ini. Seperti Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ya’qub a.s., Nabi Yusuf a.s., Nabi Musa
a.s., Nabi Harun a.s., Nabi Shalih a.s., dan Nabi Isa a.s. atau Ummud Dunya dan
penduduk sini akan merasa senang jika kita memujinya dengan julukan ini, memang
tidak salah, karena berbagai peradaban besar dunia pernah tegak diatas bumi
negeri ini seperi peradaban Pharaonic (Fir’aun), Hellenistic (Yunani), Romawi,
dan Islam. Dan julukan-julukan yang lain seperti Negeri Seribu Menara.
Akan
menjadi suatu kerugian yang besar jika
kita tidak bisa mengambil manfaat dari negara tempat tinggal kita sekarang. negara
yang penuh dengan peradaban dan kebudayaan, sejarah mencatat bahwa kebudayaan Mesir telah
ada semenjak 3200 SM, dan kebesaran peradaban Mesir telah berada dalam peta
peradaban dunia. itu ditandai dengan sejarahnya yang sangat panjang dan telah
melewati lima periode sejarah peradaban sebagaimana disebutkan diatas.
Mesir
juga menjadi tujuan penting dalam peta keilmuan, disini para sahabat, perawi
Hadits, ulama-ulama besar banyak menimba dan mengembangkan keilmuan-keilmuan
Islam. Perpustakaan terbesar di dunia yang pernah ada bahkan pernah berdiri
tegak di negeri ini, tepatnya di Alexandria. Makam-makam ulama besar mudah
dijumpai. Mahasiswa/I datang dari penjuru dunia untuk sekedar merasakan
nikmatnya menuntut ilmu. Bahkan ulama-ulama Nusantara juga pernah tercatat
sebagai orang yang pernah menimba ilmu disini. Diantaranya : Buya Hamka, Dr
Abdullah Ahmad, Prof, Dr, Quraisy Syihab Dll.
Dari
uraian diatas menunjukan kepada kita bahwa itu semua adalah hal-hal yang kita
impikan, orang tua kita harapkan, masyarakat menantikan, namun sudahkah kita
dalam posisi yang benar untuk meraih itu semua, sudahkan kita membudayakan
keseharian kita dengan hal-hal yang positif, atau malah sebaliknya kita lupa
arah sehingga bukannya berkebudayaan yang baik, malah membuat kebudayaan yang
tidak baik. kita bisa menafsirkannya sendiri.
Kebudayaan
ditentukan faktor lingkungan, karena dia memberi
pengaruh cukup besar dalam pembentukan kepribadian dimana
seseorang tumbuh dan dibesarkan norma dalam keluarga, teman, dan
kelompok sosial. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam bentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap,
tingkah laku dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Dan
terakhir, kebudayaan yang baik akan berpengaruh kepada kepribadian yang baik,
kebudayaan yang baik dipengaruhi oleh lingkungan yang baik, negara yang kita
tempati sekarang sudah mencakup lingkungan yang baik, itu terlihat dari
sejarah-sejarah yang pernah tercipta, dari peradaban dan keilmuan, memang tidak
semua tempat tinggal dikelilingi oleh lingkungan yang baik oleh karena itu
jangan sampai mata kita tertutup dengan hal-hal yang tidak baik, diluar sana
kebudayaan yang baik menunggu untuk dipelajari dan untuk dipraktekan dalam
kehidupan kita. Selamat liburan yang berbudaya, jangan sampai membudayakan
liburan.
Post a Comment