Akhirnya, motivasi yang diberikan beberapa "kaum peduli intelektual" berhasil juga membangkitkan Al-Qudwah dari mati surinya. Setelah vakum beberapa waktu karena padatnya kegiatan, Al-Qudwah bisa kembali hadir dengan edisi spesialnya. Sabtu sore, 25 Agustus 2007, bertempat di Sekretariat IKPM sekelompok minoritas kreatif ini saling sharing ilmu dan ide tentang polemik yang erat kaitannya dengan Islam dan Negara, khususnya negara Indonesia.
Pada edisi spesial ini, forum diskusi Al-Qudwah yang biasanya hanya menghadirkan seorang pemakalah sekaligus presentator, kini hadir dengan kolaborasi unik, perpaduan antara umpan wacana dan presentator pemancing dari sebuah tim. Secara spesifik duet wacana yang diberikan pada pertemuan kali ini bertema Posisi Islam dan Kristen dalam Sekularisme, yang dipresentasikan oleh Edja Armaz serta Pemikiran dan Aliran Politik Islam Kontemporer, oleh Adelina Zuleika dengan think tank Yassir Mukhtar dan editor Angga Prilakusuma.
Makalah pertama memberikan gambaran umum tentang sekularisme yang mewarnai berbagai kebijaksanaan suatu negara, khususnya negara-negara barat yang sekarang terbukti sedang berada di atas angin, dan tidak bisa dinafikan bahwa kebijaksanaan setiap negara erat kaitannya dengan keyakinan yang dianut oleh para penduduknya. Kemudian, pada makalah selanjutnya mindset para diskusan dikerucutkan kepada masalah yang lebih spesifik seputar pemikiran dan berbagai aliran politik yang berkembang dalam tubuh umat Islam.
Jalannya diskusi pada kesempatan ini pun terhitung lebih panas daripada kesempatan sebelumnya. Selain karena tema yang diangkat terhitung up to date—dan memang seharusnya menjadi tanggung jawab kita sebagai generasi harapan bangsa untuk memikirkannya— juga karena kehadiran para diskusan yang lebih banyak daripada pertemuan sebelumnya. Mulai dari sesepuh alias founding father-nya Al-Qudwah sampai para cucu dan cicitnya. Sehingga tidak mengherankan ide dan wacana yang dilemparkan oleh setiap peserta diskusi pun beragam dan saling melengkapi.
Ditengah gerahnya suasana diskusi —yang kali ini disponsori oleh angkatan Tanafuz— agak sedikit menyejuk dengan sajian es Bandung penganan kecil yang juga hasil kreasi bagian konsumtor Tanafuz. Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang ada, misi utama dari even ini tetaplah peningkatan kualitas intelektual anggota IKPM dalam frame kebersamaan dan kekeluargaan. Sehingga, proses menuju umat bersinergi yang menjadi misi utama IKPM senantiasa berjalan dan tidak hanya sebatas wacana. (@ir)
Pada edisi spesial ini, forum diskusi Al-Qudwah yang biasanya hanya menghadirkan seorang pemakalah sekaligus presentator, kini hadir dengan kolaborasi unik, perpaduan antara umpan wacana dan presentator pemancing dari sebuah tim. Secara spesifik duet wacana yang diberikan pada pertemuan kali ini bertema Posisi Islam dan Kristen dalam Sekularisme, yang dipresentasikan oleh Edja Armaz serta Pemikiran dan Aliran Politik Islam Kontemporer, oleh Adelina Zuleika dengan think tank Yassir Mukhtar dan editor Angga Prilakusuma.
Makalah pertama memberikan gambaran umum tentang sekularisme yang mewarnai berbagai kebijaksanaan suatu negara, khususnya negara-negara barat yang sekarang terbukti sedang berada di atas angin, dan tidak bisa dinafikan bahwa kebijaksanaan setiap negara erat kaitannya dengan keyakinan yang dianut oleh para penduduknya. Kemudian, pada makalah selanjutnya mindset para diskusan dikerucutkan kepada masalah yang lebih spesifik seputar pemikiran dan berbagai aliran politik yang berkembang dalam tubuh umat Islam.
Jalannya diskusi pada kesempatan ini pun terhitung lebih panas daripada kesempatan sebelumnya. Selain karena tema yang diangkat terhitung up to date—dan memang seharusnya menjadi tanggung jawab kita sebagai generasi harapan bangsa untuk memikirkannya— juga karena kehadiran para diskusan yang lebih banyak daripada pertemuan sebelumnya. Mulai dari sesepuh alias founding father-nya Al-Qudwah sampai para cucu dan cicitnya. Sehingga tidak mengherankan ide dan wacana yang dilemparkan oleh setiap peserta diskusi pun beragam dan saling melengkapi.
Ditengah gerahnya suasana diskusi —yang kali ini disponsori oleh angkatan Tanafuz— agak sedikit menyejuk dengan sajian es Bandung penganan kecil yang juga hasil kreasi bagian konsumtor Tanafuz. Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang ada, misi utama dari even ini tetaplah peningkatan kualitas intelektual anggota IKPM dalam frame kebersamaan dan kekeluargaan. Sehingga, proses menuju umat bersinergi yang menjadi misi utama IKPM senantiasa berjalan dan tidak hanya sebatas wacana. (@ir)
Post a Comment