Hidup
sekali, hiduplah yang berarti.
Mungkin inilah filosofi hidup yang sering kita dengar dalam kehidupan
sehari-hari, apalagi ketika di dalam pondok pesantren, terutama yang
berafiliasi modern. Nasihat pak kyai, ustadz dan ustadzah, selalu mengarah pada filosofi tersebut. Namun
terkadang nasihat hanya tinggal nasihat, bahkan seperti hanya seonggok kalimat
bermakna yang tidak diresapi maknanya. Memang sangat disayangkan, padahal makna
yang terkandung didalamnya sangat besar. Oleh karena itu Sengaja penulis mengangkat judul tersebut
untuk sama-sama mengingat, meresapi dan mengaplikasikanya dalam kehidupan.
Sebelum
itu semua, hendaklah kita bersyukur atas karunia dan rahmat Allah Swt., karena
kita termasuk orang-orang yang beruntung yang diberi kesempatan untuk belajar
di bumi para Nabi ini. Tidak sedikit teman-teman kita yang belum mendapatkan
kesempatan seperti ini. bersyukur dengan
catatan tidak sebatas ucapan, bersyukur harus dengan tindakan dan aksi yang
mengarah pada sesuatu yang bermanfaat. Karena ada orang yang hanya bisa
bersyukur sebatas ucapan ‘Alhamdulillah’ namun hendaknya kita mampu melatih
hati, ucapan dan tindakan untuk bersyukur dengan memberdayakan seluruh potensi
yang kita miliki kepada hal-hal yang positif. Inilah bersyukur yang sebenarnya.
Kembali
kepada filosofi “hidup sekali, hiduplah yang berarti” filosofi tersebut
sebenarnya mengarahkan kita kita kepada suatu perencanaan hidup atau pemetaan
hidup ( life mapping ) yang matang. Bagaimana
hidup kita akan berarti, kalau kita tidak punya rencana yang matang? Maka tidak
salah jika filosofi tersebut jika diinterpretasikan secara lebih luas bermakna
“hidup sekali, hiduplah dengan perencanaan yang berarti” hidup kita hanya
sekali dan jikalau tidak diisi dengan perencanaan yang berarti, maka kita
termasuk orang-orang yang merugi. Maka dari itu, sebagai mahasiswa/i baru di
negeri ini, harus mampu merencanakan dengan matang apa saja yang hendak dicari
dan tujuan yang ingin dicapai selama melaksanakan studi di negeri Kinanah ini.
Perencanaan
merupakan proses untuk menentukan kemana harus melangkah dan mengindentifikasi
segala persyaratan yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, sehingga
perencanaan sesuai dengan yang diinginkan. Hidup tanpa perencanaan hanya akan
membuat kita terombang-ambing kepada ketidakpastian, jika kita berjuang untuk
ketidak-pastian. ketika kita gagal, maka pikiran negatiflah yang masuk.
Sehingga akan mendorong kita untuk memunculkan opini, sikap dan pilihan-pilihan
negatif dalam bertindak. “ Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok ( Akhirat ); dan
bertakwalah kepada Allah, sesunguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”( QS. Al-Hasyr:18 ) dari ayat tersebut jelas bahwa kita dituntut
untuk selalu memperhatikan apa yang telah kita perbuat dengan maksud agar tidak
menyesal dikemudian hari, tidak lain dengan perencanaan yang matang.
Hidup
tanpa perencanaan juga hanya akan membuang-buang waktu dan umur yang kita
punya, padahal waktu yang tersedia antara satu dan yang lainnya tidak ada yang
berbeda, maka benar sebuah syair arab yang mengatakan “Waktu adalah pedang,
jikalau kamu kamu tidak memotongnya maka kamu yang akan terpotong.” Sekedar
motivasi, waktu yang kita punya sama dengan waktu yang ada pada al-Imam Ibnu Jharir
At-Thabari yang dikisahkan selama 40 tahun beliau menulis setiap hari 40
lembar, sehingga meninggalkan tulisan yang jumlahnya hampir 584.000 lembar.
Waktu yang kita punya juga sama dengan Einstein, Imam Syafi’I, Ibnu Hajar al-Ashqolani,
dll. Dan sekarang lantas bagaimana kita, peran dan fungsi kita,. Maka,
disinilah peran perencanaan hidup sangat penting.
Berikut
manfaat perencanaan hidup dari berbagai sumber :
1.
Sebagai panduan
dalam membuat keputusan atau bertindak.
2.
Membuat kita
tetap fokus dan memiliki target.
3.
Dapat
memanfaatkan waktu secara efektif.
4.
Siap untuk
hal-hal yang buruk.
5.
Mengurangi
resiko dan ketidakpastian.
6.
Sebagai langkah
awal menuju kesuksesan.
‘’ Siapa
yang gagal dalam berencana, maka dia merencanakan untuk gagal.” Sebuah kata bijak yang patut kita cermati dan resapi bersama.
Karena setiap masing-masing manusia diberi kapasitas dan kecenderungan yang
berbeda-beda, apalagi diberi kenyataan
bahwa kita hidup hanya sebentar. lantas apakah
kita hanya akan menggunakan usia yang sedikit itu untuk hal-hal yang
biasa saja, apakah kita hanya akan mengikuti aliran hidup yang stagnan dan
tidak ada peningkatan. Pasti kita tidak ingin seperti itu. Maka, perencanaan hidup
yang matanglah yang harus kita buat. Jangan sampai ketika kita sudah gagal
berencana, maka kita merencanakan kegagalan.
Dan
akhirnya, Setiap orang ingin berhasil, tapi tidak setiap orang bersedia untuk berubah.
Ketika kita belum mempunyai perencanaan dalam hidup, buatlah ! buatlah sebuah perencanaan hidup. Ketika
berat untuk istiqomah dalam menjalankannya. Jalanilah ! itu adalah sebuah
proses. Kenikmatan hidup yang sesungguhnya berada pada proses itu. Ketika gagal
dalam perencanaan hidup, bersabarlah ! karena dibalik itu semua Allah sedang
merencanakan sesuatu hal yang lebih baik. Selamat merencanakan hidup dan
selamat menjalaninya kawan. Kesuksesan sedang menunggu di depan mata.
Miftah Firdaus
Post a Comment