Pada tahun 1950, sebuah
buku spektakuler yang dikenal dengan "Trilogi Cairo" (Bayn
Al-Qashrain, Qashr Al-Syawq, Sukkariyah) telah melambungkan nama seorang
penulis di seantero dunia Arab. Trilogi setebal 1500 halaman ini menjadikannya
di anugerahi Nobel Sastra yang di terimanya dari Akademi Sastra
Internasional di Swedia, dan ia merupakan satu satunya novelis arab yang
berhasil meraih penghargaan Nobel di bidang sastra pada tahun 1988. Karena
kepiawaiannya dalam menulis, Seorang penulis biografi bernama Raymond Stock pernah
menulis. "Menurut saya, ia melampaui kehebatan
para penulis barat.”
Sang sastrawan yang
tersohor itu ialah Naguib Mahfouz. Seorang berkebangsaan Mesir. Beliau lahir di distrik Gamaliyah,
belakang makam Sayyidina Hussein, tahun 1911. Keluarganya tergolong miskin dan
tidak mengecap pendidikan yang memadai. Ayahnya adalah seorang pegawai yang di
lukiskan sebagai "Seorang yang Jumud.” Mahfouz mempunyai enam saudara; dua laki laki dan empat perempuan. Keenam saudaranya
telah meninggal pada saat Mahfouz masih berusia
balita. Di waktu kecil, Sang Ibu sering mengajaknya ke Museum Sejarah Mesir, yang kemudian menjadi tema utama di setiap buku - buku karyanya.
Seiring peningkatan
ekonomi keluarganya, Tahun 1917, Mahfouz tidak lagi menghirup suasana pinggiran
kairo yang kumuh dan kotor. Keluarganya pindah ke kawasan Abbasiyah yang lebih bersih dan modern. Pada saat itu
Mahfoudz mengenyam pendidikan dasar di Madrasah Al Ibtida'iyah dan melanjutkan
ke sekolah Madrasah Tsanawiyyah Fu'ad Al Awwal. Revolusi Mesir mempunyai
pengaruh yang kuat pada diri Naguib Mahfouz kecil. Dari
jendela rumahnya, dia sering melihat tentara Inggris menembaki para demonstran.
Ini yang menjadikan karya karyanya tidak sepi dari unsur politik.
Setelah menyelesaikan
pendidikan dasar menengah. Mahfouz melanjutkan studinya di jurusan Filsafat Cairo
University dan berhasil menyelesaikannya pada Tahun 1934. Usai menamatkan pendidikannya, pertengahan tahun 1936, ia memutuskan untuk
menjadi seorang penulis profesional. Ia buktikan dengan menjadi
wartawan di koran Ar Risalah, dan memiliki kontribusi yang luar biasa untuk koran Al
Hilah dan Al Haram. Karir selanjutnya yang
dirintis adalah menjadi staf bagian Kementrian dan Badan Wakaf hingga tahun
1964. Pada tahun yang sama, pada
usia 43 tahun, ia mengakhiri masa lajangnya serta menghasilkan dua anak
perempuan. Dan sejak saat itulah terjadi perubahan yang mendasar pada karir
Mahfouz.
Naguib Mahfouz semasa
perjalanan hidupnya pernah menentang Ayatullah Khomeini karena mengeluarkan
fatwa "hukum mati" terhadap Salman Rushdie pada tahun 1989, yang
mencaci maki islam dalam "Satanic Verses". Karena
dalam pandangannya, seseorang bebas berekspresi. Namun ia juga mengkritik
tulisan Salman Rushdie karena telah menghina islam.
"Awlad
Haaratina" adalah salah satu karya Mahfoudz yang terbaik, di larang
beredar di mesir oleh Al Azhar karena di anggap menghujat menggambarkan Allah
dan agama Abrahamik,Monoteistik,Yudaisme,Kristen dan Islam. Tindakannya
tersebut menyebabkan kelompok islam radikal marah dan melakukan percobaan
pembunuhan terhadap dirinya dengan menikam pundaknya ketika berada di luar
rumah pada tahun 1994. Seorang Teolog Mesir yang buta Omar Abdul-Rahman
mengatakan kepada seorang wartawan, “ andaikata Mahfouz telah di hukum mati
karena menulis novel ini, Rushdie tentu tidak akan berani menerbitkan novelnya.”
Setelah kejadian tersebut, Mahfoudz mengalami
kesulitan dalam hidupnya sebagai penulis, sehingga menghasilkan karya karya
yang sedikit.
Setelah lama tak mencipta
karya, Mahfouz mulai menulis lagi. Di era pasca
Revolusi ini, ia kerap menyusupkan pandangan politiknya secara terselubung
dalam wujud kiasan dan simbol di setiap tulisannya. Sebagian besar dalam
tulisan Mahfouz selalu berisikan tentang politik, sebagaimana yang
dikatakannya, "Dalam semua tulisan saya, anda akan menemukan
politik. Anda akan menemukan sebuah kisah yang mengabaikan cinta atau lainnya,
tetapi tidak politik". Karya karya Mahfoudz sangat kental dengan suasana
sosial kemasyarakatan.
Pada 30 Agustus 2006.
Mahfouz menghembuskan nafas terakhir di usianya yang ke 94 tahun, usia yang sangat senja untuk sang sastrawan
besar ini. Ia wafat di rumah sakit Kepolisian
Mesir di Agouzah. penyebabnya adalah
komplikasi sakit paru paru dan gagal
ginjal. Mahfouz di makamkan secara militer di Masjid Al Rashdan dan di hadiri
Presiden Husni Mubarak. Karya karyanya yang terkenal antara lain Trilogi Cairo, Awlad Haaratina, Hadrat Al Muhtarom, Tsar tsaroh fauqo An-nil.
Menulislah, berkaryalah, maka namamu akan
abadi.
Wafda Muhiffa
Post a Comment