Headlines News :
Home » , » NAGUIB MAHFOUZ, Tangan Midas Sang Sastrawan Mesir

NAGUIB MAHFOUZ, Tangan Midas Sang Sastrawan Mesir

Written By Cakrawala Magazine on Wednesday, February 27, 2013 | 12:43 AM


Pada tahun 1950, sebuah buku spektakuler yang dikenal dengan "Trilogi Cairo" (Bayn Al-Qashrain, Qashr Al-Syawq, Sukkariyah) telah melambungkan nama seorang penulis di seantero dunia Arab. Trilogi setebal 1500 halaman ini menjadikannya di anugerahi Nobel Sastra yang di terimanya dari Akademi Sastra Internasional di Swedia, dan ia merupakan satu satunya novelis arab yang berhasil meraih penghargaan Nobel di bidang sastra pada tahun 1988. Karena kepiawaiannya dalam menulis, Seorang penulis biografi bernama Raymond Stock pernah menulis. "Menurut saya, ia melampaui kehebatan para penulis barat.”

Sang sastrawan yang tersohor itu ialah Naguib Mahfouz. Seorang berkebangsaan Mesir. Beliau lahir di distrik Gamaliyah, belakang makam Sayyidina Hussein, tahun 1911. Keluarganya tergolong miskin dan tidak mengecap pendidikan yang memadai. Ayahnya adalah seorang pegawai yang di lukiskan sebagai "Seorang yang Jumud.” Mahfouz mempunyai enam saudara; dua laki laki dan empat perempuan. Keenam saudaranya telah meninggal pada saat Mahfouz masih berusia balita. Di waktu kecil, Sang Ibu sering mengajaknya ke Museum Sejarah Mesir, yang kemudian menjadi tema utama di setiap buku - buku karyanya.

Seiring peningkatan ekonomi keluarganya, Tahun 1917, Mahfouz tidak lagi menghirup suasana pinggiran kairo yang kumuh dan kotor. Keluarganya pindah ke kawasan Abbasiyah yang lebih bersih dan modern. Pada saat itu Mahfoudz mengenyam pendidikan dasar di Madrasah Al Ibtida'iyah dan melanjutkan ke sekolah Madrasah Tsanawiyyah Fu'ad Al Awwal. Revolusi Mesir mempunyai pengaruh yang kuat pada diri Naguib Mahfouz kecil. Dari jendela rumahnya, dia sering melihat tentara Inggris menembaki para demonstran. Ini yang menjadikan karya karyanya tidak sepi dari unsur politik.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar menengah. Mahfouz melanjutkan studinya di jurusan Filsafat Cairo University dan berhasil menyelesaikannya pada Tahun 1934. Usai menamatkan pendidikannya, pertengahan tahun 1936, ia memutuskan untuk menjadi seorang penulis profesional. Ia buktikan dengan menjadi wartawan di koran Ar Risalah, dan memiliki kontribusi yang luar biasa untuk koran Al Hilah dan Al Haram. Karir selanjutnya yang dirintis adalah menjadi staf bagian Kementrian dan Badan Wakaf hingga tahun 1964. Pada tahun yang sama, pada usia 43 tahun, ia mengakhiri masa lajangnya serta menghasilkan dua anak perempuan. Dan sejak saat itulah terjadi perubahan yang mendasar pada karir Mahfouz.

Naguib Mahfouz semasa perjalanan hidupnya pernah menentang Ayatullah Khomeini karena mengeluarkan fatwa "hukum mati" terhadap Salman Rushdie pada tahun 1989, yang mencaci maki islam dalam "Satanic Verses". Karena dalam pandangannya, seseorang bebas berekspresi. Namun ia juga mengkritik tulisan Salman Rushdie karena telah menghina islam.

"Awlad Haaratina" adalah salah satu karya Mahfoudz yang terbaik, di larang beredar di mesir oleh Al Azhar karena di anggap menghujat menggambarkan Allah dan agama Abrahamik,Monoteistik,Yudaisme,Kristen dan Islam. Tindakannya tersebut menyebabkan kelompok islam radikal marah dan melakukan percobaan pembunuhan terhadap dirinya dengan menikam pundaknya ketika berada di luar rumah pada tahun 1994. Seorang Teolog Mesir yang buta Omar Abdul-Rahman mengatakan kepada seorang wartawan, “ andaikata Mahfouz telah di hukum mati karena menulis novel ini, Rushdie tentu tidak akan berani menerbitkan novelnya.” Setelah kejadian tersebut, Mahfoudz mengalami kesulitan dalam hidupnya sebagai penulis, sehingga menghasilkan karya karya yang sedikit.

Setelah lama tak mencipta karya, Mahfouz mulai menulis lagi. Di era pasca Revolusi ini, ia kerap menyusupkan pandangan politiknya secara terselubung dalam wujud kiasan dan simbol di setiap tulisannya. Sebagian besar dalam tulisan Mahfouz selalu berisikan tentang politik, sebagaimana yang dikatakannya, "Dalam semua tulisan saya, anda akan menemukan politik. Anda akan menemukan sebuah kisah yang mengabaikan cinta atau lainnya, tetapi tidak politik". Karya karya Mahfoudz sangat kental dengan suasana sosial kemasyarakatan.

Pada 30 Agustus 2006. Mahfouz menghembuskan nafas terakhir di usianya yang ke 94 tahun, usia yang sangat senja untuk sang sastrawan besar ini. Ia wafat di rumah sakit Kepolisian Mesir di Agouzah. penyebabnya adalah komplikasi sakit paru paru dan gagal ginjal. Mahfouz di makamkan secara militer di Masjid Al Rashdan dan di hadiri Presiden Husni Mubarak. Karya karyanya yang terkenal antara lain Trilogi Cairo, Awlad Haaratina, Hadrat Al Muhtarom, Tsar tsaroh fauqo An-nil.
Menulislah, berkaryalah, maka namamu akan abadi.

Wafda Muhiffa 
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2011. Cakrawala Magazine - All Rights Reserved