Headlines News :
Home » , » Rihlah Tsaqofiyah wa Tarbawiyah wa Dauroh Lughowiyah

Rihlah Tsaqofiyah wa Tarbawiyah wa Dauroh Lughowiyah

Written By Cakrawala Magazine on Wednesday, February 27, 2013 | 1:52 AM


Di tengah liburan selepas menempuh ujian semester ganjil di Pondok Modern Darussalam Gontor baik putra maupun putri, sebanyak 14 siswa-siswi KMI Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) mengikuti study tour ke negeri kinanah yang diselenggarakan oleh Pondok Gontor. Kegiatan yang dinamakan “Rihlah Tsaqofiyah wa Tarbawiyah wa Dauroh Lughowiyah” ini didampingi langsung oleh Al-Ustadz Salis Masruhin S.Th.I sebagai pembimbing.


Untuk mengetahui lebih lanjut, marilah kita simak wawancara singkat bersama Al-Ustadz Salis Masruhin S.Th.I mengenai hikmah dan tujuan dari penjelajahan budaya dan bahasa ini.

Sebenarnya apa tujuan utama dari disenggelarakannya serangkaian kegiatan “Rihlah Tsaqofiyah wa Tarbawiyah wa Dauroh Lughowiyah” ini? Dan mengapa harus Mesir?

Menurut pengarahan dan penjelasan dari bapak pimpinan pondok, bahwasanya tujuan diadakannya rihlah ini yaitu ; agar para peserta rihlah dapat memahami budaya Mesir dan membuka wawasan keilmuan, karena, banyak kita temukan di berbagai pelajaran di KMI Gontor, materi, yang menerangkan tentang Mesir dan Universitas Al-Azhar. Kemudian bukan hanya teori saja, kita juga langsung dapat mengaplikasikan teori dari materi tersebut. Dan tentunya hal ini juga berhubungan dengan salah satu sintesa Pondok Modern Darussalam Gontor yaitu Al-Azhar, itulah sebabnya bapak pimpinan ingin para santrinya mengetahui langsung salah satu sintesa itu.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Mesir adalah pusat peradaban kuno dan Azhar sendiri adalah pusat keilmuan islam, maka apa manfaat yang bisa langsung diambil oleh para peserta?
Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan bahasa arab, dengan mengikuti kursus bahasa di Jannatul-Ma’wa, supaya para peserta bisa berbicara langsung dengan native speaker, bukan hanya berbicara dengan sesama orang yang sedang belajar bahasa itu sendiri. Maka diharapkan bagi para peserta nantinya ketika kembali ke pondok, mereka membawa oleh-oleh untuk dibagi dengan teman-temannya. Dan juga secara personal, mereka akan memiliki kepercayaan diri lebih untuk meningkatkan kemampuan bahasa Arab.

Apa kesan yang terlintas pada diri Antum dan apa hikmah yang bisa diambil dari kegiatan ini?

Kemarin kita sudah mengunjungi beberapa tempat yang begitu luar biasa, khususnya untuk saya pribadi. Kesannya bahwa Mesir adalah negara peradaban, mulai dari piramid sampai makam-makam ulama Islam. Dengan begitu kita bisa mengenang sejarah perjuangan para ulama terdahulu untuk menjaga keilmuan islam, yang selama ini kita hanya bisa mendengar dari buku-buku pelajaran, dan disini kita dapat menyaksikan langsung saksi bisu sejarah islam. Bagaimana kita sering mendengar Imam Asy-Syafi’i yang berkata “Syakautu ila waqi’i su’a hifdzie”, maka sekarang kita bisa bertemu dengan makam Waqi’ itu sendiri. 

Hikmah yang bisa diambil, bagi saya pribadi, dalam hati nurani saya akan terpacu agar kita dapat mengikuti jejak mereka. Dalam artian supaya membangkitkan Ghiroh kita untuk terus mengkaji literatur-literatur islam di Kutubut-turats lebih dalam. Seperti juga Ibnu Hajar Al-‘Asqolanie, meskipun makamnya sederhana namun Subhanallah, buku-bukunya sangat bermanfaat bagi ummat Islam. Seperti contoh bukunya yang familiar di telinga kita adalah Bulughul Marom. Buku yang banyak digunakan para santri untuk belajar hadits tentang hukum-hukum syariah.

Apa nasehat atau tips antum untuk mengisi hari-hari liburan para mahasiswa mesir?
Belajar yang rajin dan sungguh-sungguh itu harus, kemudian, betul disini itu gudangnya ilmu seperti yang kyai kita katakan “ Idza anta turid an tabhas at-tarbiyah idzhab ila Gontor, waidza turid an tabhas al-aqidah fadzhab ila Makkah wal Madinah, waidza turid an tabhas al-ilma fadzhab ila Misro”. Apabila kamu ingin mencari pendidikan, maka pergilah ke Gontor, dan apabila kamu ingin mencari aqidah, maka pergilah ke Makkah dan Madinah, dan apabila kamu ingin mencari ilmu, maka pergilah ke Mesir.

Namun kita tetap menggunakan prinsip Gontor yaitu “Gontor bukanlah tukang sihir yang bisa menyulap santrinya menjadi pintar”, maka kita juga harus menerapkan prinsip itu di Mesir ini. Meskipun Mesir adalah gudangnya ilmu, dia bukan tukang sulap yang bisa menjadikan mahasiswanya pintar. Apalagi saya mendengar kalau di Mesir ini kuliahnya sangat sederhana, maka harus pintar-pintar mengatur pembelajaran diri dan mengatur waktu, karena lingkungan tidak menjadi alasan untuk tidak pintar.   
Maka dengan itu, untuk menimba ilmu di Mesir khususnya Azhar ini, kita tidak bisa hanya mengandalkan perkuliahan. Kita harus mencari lebih banyak sumber kajian ilmu. Seperti membaca kutubut-turats baik secara individu ataupun berjama’ah seperti talaqqi. Dengan begitu wawasan kita akan lebih berkembang luas. Dan untuk memantapkan keilmuan itu, alangkah baiknya kalau kita bisa langsung menapak tilas sejarah ilmu tersebut.




Share this post :

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2011. Cakrawala Magazine - All Rights Reserved