Liburan, satu
kata yang ketika disebutkan, otak akan mengasosiasikannya dengan kesenangan,
kegembiraan dan keriangan. Dan ada satu paradigma yang berkembang di banyak
orang tentang liburan, yakni, masa untuk
menghabiskan waktu dengan segala kesenangan dan meninggalkan seluruh rutinitas
kehidupan yang melelahkan.
Kita tidak bisa
menyalahkan paradigma itu 100% dan tidak pula kita dapat membenarkannya 100%.
Karena kita sadari, liburan memang diciptakan untuk mengistirahatkan jiwa dan
raga dari hal-hal yang harus kita lakukan dalam keseharian kita. Namun di lain
sisi liburan tidak melulu harus diisi dengan segala sesuatu yang mensyaratkan
kesenangan dalam pegerjaannya, liburan ada baiknya diisi dengan kegiatan
positif, seperti bakti sosial, mempelajari apa yang tak bisa kita lakukan dalam
rutinitas harian, seperti kursus, ataupun meningkatkan segala kegiatan
yang tidak bisa dimaksimalkan di luar
liburan, dan semua itu tak melulu menyenangkan.
Saat ini begitu
banyak nasehat yang mengajak kita untuk lebih cerdas menyikapi liburan, yakni
dengan mengisinya melalaui berbagai kegiatan positif, ketimbang mengisiinya
sekedar dengan mencari kesenangan semata. Dan memang itulah yang
seharusnya kita lakukan
Namun, mereka
yang salah menyikapi liburan, menghabiskan waktu selama berjam-jam bahkan
berhari-hari sekedar untuk
meraih kesenangan semata, bahkan benar-benar meninggalkan segalanya dan larut
dalam kesenangan. Dan jika kita berada dalam hal seperti itu, maka ketika
berakhir masa kita berlibur dan datang kembali rutinitas harian kita, semua
kesenangan yang kita kejar dan usahakan, akan sirna begitu saja dengan datangnya
kembali beban dan permasalahan kita akan kehidupan yang sebenarnya, karena diri
kita menjadi tidak siap menerima kenyataan hidup yang tidak segembira dan
seindah masa liburan, karena diri kita terlarut terlalu dalam pada kesenangan
masa liburan.
Hal seperti
diatas memang tidak baik, namun lebih tidak baik lagi jika liburan ini tidak
diisi sama sekali, hanya dibiarkan berlalu saja tanpa ada aktifitas yang
berarti. Diawal mungkin nikmat, namun diakhir malah mendatangkan kejenuhan.
Lalu untuk apakah liburan,
jika yang niat awalnya agar kita tak jenuh dengan rutinitas malah berakhir pada
kejenuhan yang lain?
Dari sekian
banyak pilihan untuk mengisi liburan, penulis saat ini mengajak pembaca semua
untuk mengisinya dengan beranjak keluar,
meninggalkan rumah untuk menjelajahi tempat-tempat bernilai sejarah di Negeri Kinanah
ini. Karena, beragam manfaat
dapat kita petik dari penjelahan kita ke tempat bernilai sejarah. Memahami
sejarah, mengambil pelajaran darinya dan mengaplikasikan apa yang kita pelajari
tentang sejarah yang kita dapati dari tempat yang kita kunjungi adalah beberapa
diantaranya, tentunya hal ini disamping kesenangan yang kita dapati dari
penjelajahan itu sendiri.
Dan terakhir, perlu
kita sadari bahwa, arus kehidupan kita ditentukan oleh tuntutan rutinitas
harian kita, kemana kita diwajibkan melangkah, kita melangkah kesana, apa-apa
yang harus kita lakukan, maka itulah yang kita kerjakan. Namun berbeda halnya
dengan liburan, arus, bebas kita tentukan, kitalah yang memilihnya, tidak ada
arus yang harus kita ikuti, kita bebas menentukan arus yang kita mau. Karena
faktor itu, di liburan kita bisa melatih diri menentukan arus kehidupan kita
yang tidak terikat oleh apapun, dan jika kita mantap menjalankannya, maka kita
pun bisa mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari kita. Maka seperti
apakah kita menyikapi liburan kita masing-masing?
Post a Comment