Walaupun begitu banyak masalah yang melanda Indonesia, namun putra –putri tunas
bangsa tak pernah berhenti berkarya dan terus mengukirkan sejarah manis bagi Nusantara.
Belum lama ini di penghujung akhir 2012, giliran para
pelajar Indonesia yang sedang menimba Ilmu di negeri kincir angin, Belanda,
yang menorehkan prestasi. Sebuah tim yang dinamai Chef Lupin dan beranggotakan
7 orang berhasil menyabet piala juara 1 dalam acara tahunan keempat dari
Ecotrophelia Europe, kompetisi mahasiswa Eropa untuk menciptakan produk makanan
inovatif, yang diadakan di International SIAL Food Fair pada 21-25 oktober 2012
di Paris-Nord Villepinte.
Ketujuh mahasiswa itu adalah Jovian Bunawan, Purnamasari Antono, Ferdinand
Romuli, Ibnu Khamais, Silvia Andini, Mia Isabelle, dan Kartika Subagia. Mereka
semua adalah mahasiswa di di Wageningen University and Research Centre (WUR) di
kota Wageningen, Belanda.Tim Chef Lupin menjadi juara 1 di kompetisi ini
setelah menyingkirkan 14 peserta lainnya dari berbagai Negara di Eropa. Yakni Austria,
Belgia, Republik Ceko, Perancis, Denmark, Jerman, Yunani, Islandia,
Italia,Belanda, Rusia, Slovenia, Sepanyol, dan Swiss,
Setelah melakukan penilaian pada seluruh produk inovatif, William Garot (Menteri Pertanian, Pangan, dan Kehutanan) dan Michael Knowles (ketua dewan juri Ecotrophelia Europe 2012, yang saat ini menjabat sebagai Presiden “Food for Life” FoodDrinkEurope) memberikan penghargaan kepada tim Chef Lupin dari Wageningen University Belanda yang membuat karya inovasi yang terbuat dari fermentasi kacang lupin sebagai juara 1 kompetisi ini dan berhak mendapatkan hadiah senilai 8.000 euro.
Tim Chef lupin menciptakan tempe yang berbahan dasar kacang lupin sebagai ganti dari kacang kedelai, kacang lupin dipilih karena ia merupakan produk khas di Eropa yang beriklim subtropics.
Produk yang diusung oleh Tim Chef Lupin unggul dari berbagai segi. Dianraranya; Tempe yang dihasilkan dari kacang lupin ini tidak mengahasilkan limbah atau Zero Waste. Salah satu anggota Tim ini, Silvia Andini, mengungkapkan bahwa limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan bisa digunakan untuk sebagian proses produksi. Lalu dari segi kemasan, mereka memilih recycable paper atau kertas yang dapat didaur ulang. Ditambah dari segi kandungan, Tempe karya Tim Chef Lupin ini sangat efiesien, karena meat alternative yang dibuat dari lupin yang difermentasi ini hanya membutuhkan 10% dari total produksi normal untuk produk sejenis. Meski begitu, kandungan protein dan mineralnya sebanding dengan daging sapi. Biaya produksi yang dibutuhkan untuk membuatnya pun rendah, dan pula banyak hal laiinya. Untuk alasan itulah Tim Chef Lupin berhasil memikat hati para dewan juri, dan menjadi juara di ajang bergengsi di kawasan Eropa itu.
Post a Comment